Antara kebutuhan dan keinginan
Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu. Jihad menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan. The need vs The want. Kebutuhan (need) is something… eh sesuatu to occupy basic/main necessities. The want is something(s) to occupy other than those necessities.
Lah kok tiba-tiba jadi bahasa Inggris.
Kebutuhan akan alat komunikasi yang bisa dipakai untuk telepon, sms, email, browsing, whatsapp, foto hal yang menarik untuk dokumentasi, dan reliable.
Keinginan akan alat komunikasi tadi yang layarnya lebih besar (biar enak ngeliat gambar dan video), baterenya superawet (dicharge seminggu sekali), lebih baru (supaya nggak malu-maluin), lebih kuat performanya (supaya lebih produktif), lebih keren (biar stylish), lebih durable, lebih ringan, lebih tipis, lebih mahal… dll dlll dll… daftarnya tidak akan pernah berhenti. so on, so on.
Get it? Forget it.
Cukup
Cukup lah. Supaya nggak dianggap kemaruk.
Toh kita bisa hidup, makan, bernafas. Kita sama-sama kan?
Enak, tenang. Nggak usah ngoyo, capek. Cukup lah.
Tapi tahu nggak apa yang menghancurkan peradaban.
Cukup. Ya kata cukup. Sudah enak begini kok, cukup.
Dan tiba tiba saja. Sappp. Hancur lebur.
Seperti peradaban Bagdad yang hancur oleh kaum Mongol
Kematian
Ke mana orang setelah mati?
Hilang, lenyap…, atau
Pergi ke suatu tempat, meninggalkan jasad yg tak bernyawa
Untuk kembali lagi dalam tubuh yang lain, atau…
Berpindah ke alam akhirat.
Untuk kemudian dibangkitkan lagi.
Dihitung amal perbuatannya.
Yang berat timbangan kebaikannya, ia kekal dalam kebahagiaan
Yang berat timbangan keburukannya, ia abadi dalam penderitaan.
Jadi mati itu tidak benar-benar mati? Karena kita tetap ada.
Yang lebih menyeramkan:
Dimana kita sebelum lahir?
Ketiadaan.